Sabtu, 10 Oktober 2015

Seorang Penulis Bagi Nurly

Penulis Itu :
Inspirator
Korektor
Motivator
Kreator Ide
Edukator

Assalamualaikum (?)
-
Sebagai inspirator, maka para penulis mempunyai kewajiban moral untuk menjaga agar segala isi tulisannya dapat dijadikan sebagai panutan dan acuan langkah setiap orang.
Penulis harus selalu berusaha untuk memberikan materi tulisan yang memang benar-benar motivasi bagi kehidupan masa depan yang lebih baik.
Penulis sebagai inspirator ini dapat membuat tulisan yang mampu untuk mengajak seseorang untuk melakukan suatu hal tertentu. Dengan ini si pembaca akan digiring untuk melakukan suatu hal yang diinginkan oleh penulis melalui tulisannya. #SuportAndFightingForWriting
.
.
.
By Nurly Titalia Maharani

Kamis, 01 Oktober 2015

Deathline Me

Siang Itu Aku Siap Menjalani Oprasi Kakiku Yang Katanya Terjadi Kesalahan Dengan URAT kaki ku , yg sering mnyebabkan rasa sakit yg amat sakit ketika ku menginjak sesuatu ataupun kaki dalam posisi jingkek, sudah puas ku berpamitan dengannya. Bahkan perasaan yg ku punya pun tlah ku katakan. Entah kenpa hati hanya merasa bahwa waktuku tak lama lagi. Smsn pun ku hentikan. Ku simpan hpku di tas, ku berjalan dan masuk ruang oprasi , ku lepas sandal dan ku berbaring di atas meja oprasi. Sunyi,, hanya terdengar suara suster yg menyiapkan alat oprasi berupa gunting,jarum,dan lainnya. Apa aku siap? Aku masih trauma dengan oprasi terakhir yg ku jalani. Dimana obat bius yg d berikan dokter tak bekerja optimal d badanku sehingga rasa sakit saat oprasi benar2 ku rasakan. Aku takut itu terulang. Hanya bismillah , berdoa dan berserah agar allah tetap melindungiku. Mamah dan adik perempuanku melihat cemas, walau begitu mereka tetap meyakinkan aku semua akan berakhir lancar. Suster dan dokter mulai menyuntikan suntikan pertamanya , obat bius pertama mereka suntikan di tangan kanan ku, badanku mulai terasa lemas, pandangan mulai kabur, suntikan kedua mereka suntikan kembali di kaki kananku, begitu yg ke3 mereka juga suntikan di kaki kananku , hingga aku tak tau apa yg selanjutnya terjadi. Mungkin dokter mulai mencabik daging di kaki kanan ku, mrobek dan mengutak atik jaringan syaraf di kakiku. Layaknya oprasi pertamaku 1tahun lalu. Tanpa terdukga allah tlah merencanakan sesuatu lagi untuku. Ternyata tak lama aku keracunan obat bius. Dan itu ketahuan setelah oprasi berjalan lancar dan selesai. Ketika overdosis lidocaine terjadi pada taraf yang parah, komplikasi seperti serangan jantung bisa saja terjadi. Kondisi ini akan memerlukan cardiopulmonary bypass. Dan disana aku mengalami koma. Hanya adik dan mama ya mnemaniku saat koma berlangsung. Di hari pertama koma teman , keluarga semua merasa panik. Itu yg di ucapkan adiku, semua tak berhenti menanyakan kabar. Sana aku terbaring kaku dengan 6selang di rongga tulang rusuk bagian kiri. 1 impusan, 1 antibiotik, 1 selang Intubasi, 1selang oksigen dan 2selang untuk metabolismeku. Sapa yg tak teriris, tubuh mungil di penuhi selang di tubuhnya. Sehinga saat hari kedua aku tertidur pulas di ICU , darah dan trombosit berkurang bgitu saja. Sehingga diperlukan trnsfusi darah secepatnya. Itu juga kedua x nya aku di transusi menggunakan darah org yg buan keluargaku sendiri. Hanya menurut cerita adiku, dia selalu melihat sosok aku yg muncul di hadapannya, dan juga di mimpinya. Menggunakan baju putih berlengkap jilbab yg tertutup rapat seperti halnya orang yang mau berhhaji. Adik dan temanku yg tau hal itu panik . Entah apa yg mereka fikir? Aku, akan pergi? Jika memang saatnya aku pergi saat itu, pastinya aku bahagia memiliki kalian yg begitu menyayangiku. Aku amat sangaaattt menyayangi kalian hingga saat ku pergi kalian di sampingku dan mendoakanku itu pun bahagia untuku. Hari ke3 aku terbaring jam tepat 08:30 PM. Adiku bermimpi tentangku lagi yg berpamitan pergi. Dia menangis, karena posisinyya sedang berada di rumah, dia langsung menelpon mama. Pukul 09:00 PM mama bilang EKG (elektro kardio graph) telah Flat, Pertanda jantungku tlah berhenti berdetak. Adiku Bergegas pergi. Menuju rumahsakit lagi, Rasa Cemas mereka Adalah Deritaku. Aku Ta ingin terulang melihat mereka menangis karenaku. Kunfayyakun, AllAh Berkehendak Lagi. Masih memberi ksempatan aku membahagiakan mereka yg menyayangiku. Dokter memasang alat seperti 2 strika (fibrilator) dengan listrik berkekuatan 170Volt . Dia Oleskan Jel Ke Dadaku, "200Joule All Clear?" Dokter mulai mendaratkan setruman pertama di dadaku. "360Joule All Clear?" Dokter Kenbali Mendaratkan Setruman kedua di dadaku. Tleeetttt, EKG Kembali Zig Zag .. Mama Dan Adik Perempuanku Kembali Bernafas Lega.Jantungku Kembali Berdetak. Aku Masih Hidup. Terimakasih ya Allah . Kau masih ijinkan aku ada , hidup dan kembali di tengah org2 yg menyangiku. Orang2 yg ku sayangi. Percaya Atau Tidak ? Aku percaya dengan Kebesaran Allah . 5jam tanpa Detak jantung Kembali Hidup :)
.
.
# NurlyTitaliaMaharani

SKS FPBS UPI

Setiap mahasiswa �� ketika awal memasuki dunia kampus selalu bercita-cita dan berharap bahwa mereka akan menyelesaikan proses perkuliahan dengan waktu “secepat mungkin” dan dengan hasil yang memuaskan. Jika harapan demikian tidak terbesit dihati maka hal tersebut sangat disayangkan apalagi pemilihan universitas beserta jurusan/program studi sering menggunakan pepatah “Berbaris ikut panjang, bertepuk ikut ramai”. Mudah-mudahan Anda tidak demikian adanya dansemua merupakan panggilan hati nurani Anda sendiri. Kembali ke paragraf awal tentang kuliah “secepat mungkin”. Peraturan pemerintah mengatur bahwa  kuliah S1 memiliki beban SKS minimal 144 SKS dan maksimal 160 SKS dengan masa tempuh normal selama 4 tahun (8 semester). Jumlah SKS tersebut menyesuaikan kebutuhan Prodi yang bersangkutan. Berdasarkan Analisis SWOT dan analisis-analisis yang lain, FPBS UPI  menetapkan total SKS sebanyak 144 SKS untuk angkatan 2008 keatas (dulu 154 SKS) dengan beban per semesternya maksimal 21 SKS (dulu 24 SKS). Hal ini dimaksudkan agar aktivitas belajar dapat lebih ditingkatkan dengan mengacu pada graduate attribut FPBS UPI.  Sehingga tujuan untuk menghasilkan lulusan berdaya saing tinggi yang memiliki soft skill maupun hard skill yang baik dapat tercapai. Perlu diperhatikan bahwa SKS itu bukan ”sistem kebut semalam”. Dengan 144 SKS tersebut mahasiswa dituntut untuk semakin pandai mengatur waktu. Misalnyajika mahasiswa mengambil sebuah mata kuliah dengan SKS 3 artinya mahasiswa harus mengikuti tatap muka sebanyak 50 menit per minggu, 50 menit tugas terstruktur dan 50 menit kegiatan akademik mandiri per minggu. Sehingga harus menyediakan waktu 7,5 jam per minggunya untuk satu matakuliah (3 sks). Jadi kalo menempuh 21 SKS (7 mata kuliah) perjuangan yang LUARR BIASA!!! ���� .
Perlu juga diketahui maksud kegiatan tatap muka adalah kegiatan akademik yang terjadwal, di mana tenaga pengajar dan mahasiswa bertemu secara langsung dalam satu ruang perkuliahan. Kegiatan terstruktur yaitu kegiatan akademik yang terjadwal,  tetapi direncanakan oleh tenagapengajar dan dilaksanakan oleh mahasiswa. Misalnya membuat makalah, resume buku-buku wajib, jurnal penelitian, dan lain-lain. Kegiatan mandiri, yaitu kegiatan akademik yang harus dilakukan mahasiswa secara mandiri. Misalnya mengunjungi perpustakaan/warnet, menelaah buku-buku wajib dan buku anjuran, dsb ��������.
Akhir-akhir ini, Perubahan jumlah SKS tersebut menimbulkan serangkaian pertanyaan. Ada yang bernalar kalau beban SKS-nya diturunkan dari 24 SKS menjadi 21 SKS per semesternya Nggak mungkin Donk lulus 3.5 tahun seperti yang dijanjikan? Mari kita hitung,  semester 1 dan 2 ambil wajib 20 SKS (paket), semester3 sampai dengan 7 ambil masing-masing 21 SKS per semesternya. Coba total SKS-yang telah ditempuh berapa? Totalnya 145 SKS. Nah Di FPBS UPI totalnya berapa? 144 SKS. Malah kelebihan satu. Jadi kuliah di FPBS UPI lulus 3,5 tahun bisa Nggak? Jawabannya sangat bisa asalkan behavior kuliahnya bener-bener dan motivasi belajarnya oke �� . Lha kalo kuliahnya kayak peribahasa biar lambat asal selamat Ya kagak bisa. Harusnya pake peribahasa biar cepat asal selamat. Adalah hal yang wajar ketika kita ingin hasil maksimal maka usaha harus optimal. Bercita-cita akan sesuatu pasti ada pengorbanannya. Belajar Giat! �� Kesimpulannya adalah lulus cepat 3,5 tahun itu bisa dan sangat mungkin di FPBS UPI , asalkan anda tidak punya masalah dengan kuliah anda. Artinya IPK anda harus konsisten tiap semesternya minimal 3 supaya dapat menempuh SKS maksimal (21 SKS bagi angkatan 2008 dan 24 sks bagi angkatan 2007 kebawah) dan juga semua mata kuliah prasyarat lulus. Wah kedengarannya berat ya? Ya emang berat. Pernah ditanyakan ke mahasiswa yang telah sukses lulus 3,5 tahun dengan IPK 3,8.  Apa sih kiat suksesya? Rajin belajar katanya. Trus apa lagi kiatnya? disiplin atur waktu supaya semua tugas dosen terselesaikan dengan baik, trus apa lagi? Jaga stamina dengan atur pola makan serta cukup istirahat dan olah raga. Wah ternyata ada strateginya ya? ��Jadi bagi kalian yang gandrung belajar dan disiplin mengatur waktu, it’s Okay dan lulus 3,5 tahun pun siap diraih. Tapi bagi yang males dan benci belajar mustahil lah .
semoga yg malas menjadi rajin. yg rajin semakin rajin. lulus dan sukses buat semua mahasiswa mahasiswi indonesia. aamiin ��